Masalah Kotoran Sapi
Umumnya
tujuan para peternak dalam beternak sapi adalah untuk mendapatkan
daging sapi melalui proses pertambahan berat badan sapi. Selain
menghasilkan daging, dalam beternak sapi juga dihasilkan produk lain
seperti kulit, tulang, darah, urin dan kotoran atau limbah sapi.
Dari
berbagai produk beternak sapi tersebut, salah satu yang menjadi
masalah, sehingga bisa merepotkan pemilik ternak adalah kotoran sapi.
Betapa tidak. Untuk seekor sapi betina bisa menghasilkan kotoran antara 8
sampai 10 kilogram/harinya. Jika sapi yang diperlihara jumlahnya banyak
dan cara pemeliharaannya dibiarkan berkeliaran di berbagai tempat, tanpa
pengkandangan dan pemeliharaan yang baik, dapat dipastikan kotoran sapi
akan berceceran dimana-mana. Hal tersebut tentu tidak bisa dibiarkan
begitu saja, karena selain mengganggu dan mengotori lingkungan, juga
sangat berpotensi untuk menimbulkan penyakit bagi masyarakat sekitarnya.
Kotoran
sapi inipun semula menjadi persoalan tersendiri bagi Kelompok Tani
Amanah yang dibentuk tahun 2001 dan berlokasi di desa Bilelendo,
Kecamatan Praya Timur, sekitar 25 km dari kabupaten Lombok Tengah,
Mataram, Indonesia.
Pada tahun 2004 Kelompok Tani Amanah yang beranggotakan 38 anggota memperoleh bantuan ternak dari proyek SPFS FAO
sebanyak 19 ekor sapi, terdiri dari 2 ekor pejantan dan 17 ekor betina.
Bantuan ternak tersebut bertujuan untuk pengembangan usaha dan
peningkatan pendapatan petani.
Agar bantuan ternak memberikan hasil maksimal, SPFS juga memfasilitasi kelompok tani dengan pembinaan intensif melalui Sekolah Lapangan dan penyuluhan. Hasilnya, kalau semula jumlah ternak 19 ekor, sekarang telah berkembang menjadi 51 ekor sapi.
Seiring
dengan bertambah banyaknya jumlah ternak, kotoran sapi yang dihasilkan
pun terus meningkat, sehingga jika dibiarkan begitu saja dapat
mengganggu lingkungan dan berpotensi menimbulkan penyakit, untuk itulah
perlu ada upaya untuk mengatasiya.
Mengikuti Sekolah Lapangan
Agar kotoran sapi tidak menjadi limbah yang menjijikan dan mencemarkan lingkungan, SPFS mengadakan Sekolah Lapangan
yang diikuti anggota Kelompok Tani Amanah. Melalui pembinaan yang
intensif, kotoran sapi — yang mungkin bagi sebagian peternak dianggap
sebagai limbah yang tidak bermanfaat, ditangan Kelompok Tani Amanah,
limbah tersebut justru bisa diolah menjadi Kompos yang sangat bermanfaat
untuk digunakan penyubur tanah.
Perlu
dipahami, bahwa proses komposing adalah dekomposisi bahan-bahan organik
atau proses perombakan senyawa-senyawa kompleks menjadi sederhana
dengan bantuan mikroba. Komposing sangat penting dilakukan, karena
bahan-bahan organik memiliki beberapa permasalahan seperti : memiliki
C/N ratio (imbangan karbon dan niteogen) yang tinggi; kadar air atau
kelembaban tinggi; kadar oksigen rendah; dan ketersediaan mikroba
relatif sedikit.
Mudah Cara Pengolahannya
Pengolahan
kotoran sapi menjadi kompos bisa dilakukan oleh peternak dimanapun
berada, karena caranya sederhana, mudah diikuti dan bahannya tersedia
disekitar peternak sendiri.
Langkah
awal yang dilakukan dalam pengolahan kotoran sapi menjadi kompos
adalah, menyiapkan dan mengumpulkan bahan yang diperlukan, yaitu :
1. Kotoran sapi minimal 40%, dan akan lebih baik jika bercampur dengan urin.
2. Kotoran ayam maksimum 25% (jika ada).
3. Serbuk dari kayu sabut kelapa 5% atau limbah organik lainnya seperti jerami dan sampah rumah tangga
4. Abu dapur 10%
5. Kapur pertanian
6. Stardec 0,25%.
Mengingat
Stardec merupakan stimulan untuk pertumbuhan mikroba (Stardec dapat
pula merupakan agregat bakteri atau cendawan dorman) maka billa stardec
tidak tersedia dapat diganti dengan kompos yang sudah jadi, karena di
dalam kompos juga tersedia agregat bakteri atau cendawan pengurai bahan
organic yang sedang dorman.
Setelah semua bahan terkumpul, ikuti proses pengolahan kompos sbb :
1. Sehari
sebelum komposing dimulai (H-1), campurkan bahan utama (kotoran sapi,
kotoran ayam jika ada, sabut kelapa/serbuk gergaji, abu dapur dan kapur pertanian) secara merata, atau ditumpuk mengikuti lapisan :
a) Kotoran
ayam ditempatkan paling bawah (jika ada) dan dibagian atasnya
ditempatkan kotoran sapi. Tinggi kotoran ayam dan sapi maksimum 30 cm (Gambar 1).
b). Lapisan berikutnya dari kapur pertanian (Gambar 2), yaitu untuk menaikkan PH karena mikroba akan tumbuh baik pada PH yang tinggi (tidak asam).
c). Gunakan serbuk dari sabut kelapa, karena C/N-nya lebih rendah ( +60) dan mengandung KCl, sedangkan kalau menggunakan sabuk gergaji (Gambar 3) kadar C/N-nya sangat tinggi (+ 400)
d. Dan paling atas adalah abu. (Gambar 4)
1. Tumpukan seperti pada point 1 di atas, harus diulangi sampai ketinggian sekitar 1,5 meter.
2. Pada hari pertama (H0), tumpukan bahan disisir, lalu ditaburi dengan stardec (Gambar 5) sebanyak 0,25% atau 2,5 kg untuk campuran sebanyak 1 ton.
3. Tumpukan bahan minimal dengan ketinggian 80 cm.
4. Biarkan
tumpukan selama satu minggu (H+7) tanpa ditutup, namun harus terjaga
agar terhindar dari panas dan hujan. Artinya, pada hari ketujuh,
campuran bahan harus dibalik, agar diperoleh suplai oksigen dalam proses
komposing. Pembalikan ini dilakukan kembali pada hari ke 14, 21 dan 28.
5. Pada
hari ke 7 suhu bahan mulai meningkat sampai dengan hari ke-21.
Peningkatan bisa mencapai 60-70 C, dan akan turun kembali pada hari ke
28 atau tergantung bahan yang digunakan. Jika lebih banyak menggunakan
bahan dari kotoran ayam, suhu bahan menjadi lebih tinggi dalam waktu
lebih lama (bisa mencapai lebih dari 70C dalam waktu lebih dari 28
hari). Jika hanya memakai bahan dari kotoran ternak sapi,
proses meningkatnya suhu akan terjadi selama 21 hari dan akan menurun
pada hari ke 28, dengan tingkat suhu 35-40 C.
Perlu
dipahami, bahwa meningkat dan menurunnya suhu menandakan proses
komposing berjalan sempurna, yang ditandai dengan adanya perubahan warna
bahan menjadi hitam kecoklatan.
Suhu
yang tinggi selama proses komposing juga berfungsi untuk membunuh
biji-biji gulma dan bakteri patogenik. Selain itu, apabila dilakukan uji
laboratorium, pupuk organik yang dihasilkan akan memiliki komposisi
sebagai berikut :
a. Kelembaban 65%
b. C/N ratio maksimum 20
c. Total Nitrogen (N) > 1,81%
d. P205 > 1,89%
e. K2O > 1,96%
f. CaO > 2,96%
g. MgO > 0,70%
h. Kapasitas Tukar Kation > 75 me/100 g
j. pH 6,5 – 7,5
Dengan
komposisi tersebut, pupuk yang dihasilkan adalah pupuk organik
berkualitas tinggi, sehingga sangat baik untuk digunakan bagi semua
tanaman, tambak dan kolam ikan.
Agar
dalam proses pengolahan kotoran sapi menjadi kompos lebih efektif dan
efisien, sebaiknya pengolahannya dilakukan pada sebuah bangunan. Hal
tersebut seperti yang dilakukan oleh Kelompok Tani Amanah yang membangun
tempat pengolahan kompas berukuran 2 m x 6 m. (Gambar 6)
Bagi
Kelompok Tani Amanah, bangunan yang dibuat dengan cara menyisihkan uang
saku para anggota ketika mengikuti Sekolah Lapangan tersebut tersebut
sangat bermanfaat, baik ketika melakukan proses pengolahan kompos maupun
untuk penyimpanan dalam waktu lama, terutama ketika kesulitan
mendapatkan air di saat musim kemarau.
Manfaat Pengolahan Kompos
Ada beberapa manfaat yang bisa dirasakan petani yang menggunakan kompos untuk pertanaman. Diantaranya adalah :
1. Hemat biaya dan tenaga
2. Pupuk organik yang dihasilkan berkualitas tinggi
3. C/N ratio kurang 20 Bebas dari biji-biji gulma (tanaman liar) dan mikroba pathogen.
4. Bebas dari patogenik atau yang merugikan jamur-jamur akar serta parasit lainnya
5. Bebas phytotoxin
6. Tidak Berbau dan mudah menggunakannya
7. Tidak membakar tanaman
8. Dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik
9. Aman untuk semua jenis tanaman dan lingkungan
10. Ph normal berkisar 6,5 sampai 7,5 mampu memperbaiki pH tanah.
11.Mampu meningkatkan biodiversitas dan kesehatan tanah
12. Memperbaiki tekstur tanah, sehingga tanah mudah diolah
13. Meningkatkan daya tahan tanah terhadap erosi
14. Mampu meningkatkan produktivitas lahan antara 10-30%, karena biji tanaman lebih bernas dan tidak cepat busuk.
15. Tanaman akan dijauhi hama penyakit dan jamur
16. Meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK).
17. Meningkatkan kapasitas cengkeram air (water holding capacity).
Dampak Bagi Petani SPFS Lombok Tengah
Kotoran
sapi yang terbuang begitu saja, bisa diolah menjadi Kompos atau pupuk
organik berkualitas tinggi. Selain cara pembuatannya relatif mudah dan
sederhana, bahan-bahan yang diperlukan pun tersedia dilingkungan
sekitarnya, sehingga sangat hemat dalam pengolahannya.
Pengolahan
kotoran sapi menjadi kompos, tidak saja dapat menghemat biaya dan
tenaga tetapi juga memberikan manfaat yang optimal bagi petani yang
menggunakannya dalam pemupukan tanaman (Gambar 7).
Source(s) Information
-Johan Purnama DVM MSc
-Taufikurrahman Pua Note, S.Pt, Field Technician (Livestock/Fishery)
-SPFS PMU Indonesia Photo collections
-Taufikurrahman Pua Note, S.Pt, Field Technician (Livestock/Fishery)
-SPFS PMU Indonesia Photo collections
sumber : http://embundaun.wordpress.com/2008/11/14/pengolahan-limbah-ternak-sapi-menjadi-pupuk-organik-berkualitas-tinggi/
Additional External Resources
0 komentar:
Posting Komentar